Makna Hijrah dalam “Daftar Oesaha Hijrah” S.M. Kartosoewirjo

PARTISAN EXILED
3 min readJun 30, 2024

--

S.M. Kartosoewirjo, sosok yang memicu perdebatan sengit dalam sejarah Indonesia, tak hanya meninggalkan jejak perjuangan bersenjata, tetapi juga karya tulis yang sarat makna. Salah satu karyanya yang menarik untuk diteliti adalah “Daftar Oesaha Hijrah”. Di balik kontroversi pemikirannya, “Daftar Oesaha Hijrah” menawarkan perspektif tentang hijrah yang relevan untuk terus dikaji.

Hijrah Lebih Dari Perpindahan Fisik

Diterbitkan oleh Dewan Dakwah Persatuan Islam (Persis) pada tahun 1953. Buku ini berisi kumpulan pidato dan ceramah Kartosoewirjo yang menjabarkan pandangannya mengenai makna hijrah dalam konteks perjuangan mendirikan Negara Islam Indonesia (NII).

Bagi Kartosoewirjo, hijrah bukan sekadar perpindahan fisik dari suatu tempat ke tempat lain. Hijrah, sebagaimana termaktub dalam Al-Qur’an dan Al-Hadis, memiliki makna yang lebih dalam. Ini adalah tentang transformasi spiritual dan mental. Hijrah berarti meninggalkan kehidupan jahiliyah, yang ditandai dengan kesesatan dan kebodohan, menuju kehidupan Islami yang sejalan dengan syariat Allah SWT.

Kartosoewirjo menekankan pentingnya hijrah dalam perjuangan menegakkan Islam. Menurutnya, umat Islam harus berhijrah dari berbagai hal yang dianggap bertentangan dengan ajaran Islam, seperti pengaruh komunis, sekulerisme, dan gaya hidup yang menyimpang dari nilai-nilai Islam. Hijrah, dalam konteks ini, menjadi gerakan untuk bersatu padu di bawah panji Islam dan mewujudkan tatanan masyarakat yang berlandaskan syariat.

Kontroversi

Pemikiran Kartosoewirjo tentang hijrah dalam “Daftar Oesaha Hijrah” tak luput dari kontroversi. Pendirian NII melalui jalan perjuangan bersenjata yang ia serukan memicu pertumpahan darah dan menimbulkan instabilitas nasional. Pandangannya tentang konsep negara Islam pun menjadi perdebatan.

Namun, penting untuk memahami “Daftar Oesaha Hijrah” dalam konteks sejarahnya. Ketika itu, Indonesia baru saja lepas dari penjajahan Belanda dan tengah mencari jati diri sebagai bangsa. Kartosoewirjo, yang memiliki semangat Islam yang tinggi, melihat bahwa sekulerisme dan ideologi lain yang berkembang saat itu sebagai ancaman bagi tegaknya ajaran Islam.

Relevansi di Masa Kini

Meskipun konteks perjuangan Kartosoewirjo berbeda dengan masa kini, pesan tentang hijrah dalam “Daftar Oesaha Hijrah” tetap relevan. Hijrah dapat dimaknai sebagai upaya untuk terus memperbaiki diri dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.Hijrah bisa berarti meninggalkan kebiasaan buruk, memperdalam ilmu agama, dan menjalankan syariat Islam dengan sungguh-sungguh dalam kehidupan sehari-hari.

Selain “Daftar Oesaha Hijrah”, disarankan untuk membaca referensi lain, seperti buku “Hijrah Politik Kartosuwirjo: Menuju Negara Islam Indonesia” karya M. Arifin atau “Konsep Hijrah SM Kartosuwiryo dan Implementasinya dalam Gerakan DI/TII” karya D. Yulianto. Referensi jurnal seperti “Politik Hijrah Sekarmaji Kartosuwiryo” (A. Yana, 2017) atau “Reinterpretasi Konsep Hijrah S.M Kartosoewirjo: Sebuah Kajian Historis-Normatif” (A. Asy’ari, 2018) dapat menjadi sumber pelengkap yang baik.

Penutup

“Daftar Oesaha Hijrah” karya S.M. Kartosoewirjo menawarkan perspektif tentang makna hijrah yang mengajak kita untuk terus berbenah diri dan memperjuangkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari. Meskipun diwarnai kontroversi,”Oesaha Hijrah” menjadi warisan sejarah yang penting untuk dikaji secara kritis agar kita dapat mengambil pelajaran berharga untuk masa depan.

Jika tuan dan puan sekalian tertarik dengan buku-buku sejarah, idelogi dan politik. Kunjungi tautan berikut 👇👇

Sumber:

  • Kartosoewirjo, S.M. (1953). Oesaha Hijrah. Bandung: Dewan Dakwah Persatuan Islam (Persis).
  • Arifin, M. (2016). Hijrah Politik Kartosuwirjo: Menuju Negara Islam Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
  • Yulianto, D. (2017). Konsep Hijrah SM Kartosuwiryo dan Implementasinya dalam Gerakan DI/TII. Cirebon: IAIN Syekh Nurjati.

Sign up to discover human stories that deepen your understanding of the world.

--

--

PARTISAN EXILED
PARTISAN EXILED

Written by PARTISAN EXILED

Sejarah tidak pernah benar-benar mati; ia hanya terbaring pingsan dalam bayang-bayang kekuasaan tirani.

No responses yet

Write a response